Monday, March 25, 2019

Gemari Madya Task 3: Menata Potensi Diri

Task ke-3 diminta untuk mempelajari tentang potensi diri, mengenali potensi diri sendiri, dan bagaimana mengaplikasikannya. Baiklah, seharusnya, sebaiknya saya dulu mengikuti berbagai tes potensi diri ini waktu masih belia ya (SMP, SMA).. Tapi InsyaAllah tidak pernah ada kata terlambat, selama hayat masih di kandung badan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Minimal juga ini sebagai pelajaran untuk mengarahkan anak-anak saya nantinya.

1. Saya menggunakan tools dari www.16personalities.com, dan mendapatkan hasil sebagai berikut:


Disebutkan bahwa protagonis memiliki kepedulian yang asli, yang membuktikan apa yang dikatakan dan melaksanakan apa yang harus dilaksanakan, dan tidak ada yang membuat mereka lebih bahagia daripada memimpin pasukan, menyatukan, dan memotivasi mereka dengan antusiasme yang menular. 

Protagonis pemimpin yang dilahirkan alam, penuh gairah dan karisma. Mencapai sekitar dua persen dari populasi, kepribadian ini seringkali menjadi politisi, pelatih, atau guru kita.

Hasil ini lumayan pas dan menyenangkan. Sebetulnya saya merasa sudah cukup lama menghindari posisi pemimpin dalam kegiatan-kegiatan yang saya ikuti akhir-akhir ini (menghindari tanggung jawab 😅). Apalagi di media online. Kenapa? Karena saya punya prioritas untuk mengutamakan menjalankan peran sebagai istri dan ibu di rumah. 

Dari kecil saya beberapa kali diberikan tugas sebagai pemimpin, seperti jadi ketua kelas dan ketua pramuka puteri ketika SD, jadi ketua ekskul Paskibra waktu SMP, dan perwakilan kelas di SMA. Berlanjut ketika bekerja saya dipercaya untuk menjadi project manager, dan menjalani uji coba untuk menjadi uji coba menjadi team leader tepat sebelum resign karena saya harus menemani suami yang mau melanjutkan studi S2 di luar Indonesia. 


Melankolis Plegmatis
Tools kedua yang saya gunakan adalah 4 kuadran kepribadian, dengan hasil Melankolis Plegmatis. Sifat melankolis mendominasi kehidupan saya. Sifat positif yang kuat saya rasakan adalah analitis dan perfeksionis. Sementara sifat negatif yang sering muncul adalah perasa, berpikir negatif dan teoritis (tapi kurang praktek 🤭).


2. Oleh karena peran yang sedang saya tekuni saat ini adalah menjadi istri sekaligus ibu full time, maka potensi ini akan saya manfaatkan untuk mengoptimalkan peran saya. Untuk pemimpin dalam keluarga tentulah tetap harus dipegang oleh suami. Menjadi guru di rumah yang baik untuk anak-anak, yaitu pengajar dan pendidik segala aspek kehidupan mereka, hingga mereka dewasa nanti. Bukankah memang ini peran seorang wanita sesuai fitrahnya dalam islam?

Untuk itu saya perlu terus meningkatkan kualitas sebagai ibu sekaligus madrasah pertama untuk anak-anak saya. Salah satunya mengikuti kelas offline parenting nabawi untuk pendidikan awal anak-anak selama satu tahun (1x pertemuan dalam 1 bulan). 

Konsep parenting nabawi ternyata sangat lengkap dan bersumber kepada sumber yang jelas dan sudah terbukti yaitu Alqur’an dan hadits (pendidikan di rumah Nabi), Tidak hanya berdasarkan penelitian berupa survey yang banyak diusung parenting dari dunia barat. Jikapun pada akhirnya penelitian tersebut benar, itu akan menjadi penguat saja. Disini juga diajarkan bagaimana hendaknya memiliki kepribadian yang lebih baik, lemah lembut dan menghindari sifat negatif.

Selain kelas parenting Nabawi, saya mengikuti kelas Tahsin. Diharapkan dari sini jadi bisa mengajarkan membaca  Alqur’an yang baik dan benar untuk anak-anak saya. Saya juga ingin suatu hari nanti saya akan mengajar anak-anak dan ibu-ibu di sekitar tempat tinggal saya. Selain sebagai tempat belajar baca Alqur’an, komunitas tersebut juga akan menjadi wadah pemberdayaan potensi anggotanya agar menjadi manfaat bagi keluarga dan masyarakat.


No comments:

Post a Comment