Friday, July 3, 2020

Ilmu Sabar

Ista’iinu bissobri waasholaa. Innallaha ma’assobiriin. Mintalah pertolongan kepada اللّٰهُ dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya اللّٰهُ bersama orang-orang yang sabar.

Memasuki episode ke 70-an, serial Riyadush Shalihiin karya Imam An Nawawi yang disampaikan oleh Ustadz Nuzul Dzikri di masa pandemi ini. Semoga اللّٰهُ senantiasa melimpahi rahmat kepada Imam An Nawawi dan keluarganya, Ustadz Nuzul Dzikri dan keluarganya, serta orang-orang shaleh.

Serial Riyadush Shalihin oleh Ustadz Nuzul Dzikri ini ditayangkan secara live setiap awal pagi, setelah Shalat Subuh. Saya sendiri selalu terlewat, namun Alhamdulillah ada rekamannya di youtube. Sungguh sebuah kenikmatan tiada tara bisa mendapatkan ilmu berharga tanpa perlu keluar rumah.

Dalam waktu-waktu ini memang saya sedang mencari solusi untuk terapi kesabaran saya. Sudah hampir empat bulan menikmati waktu bersama tiga orang anak tanpa jeda. Mereka berhenti pergi ke sekolah, saya memberhentikan asisten, pun berhenti total keluar rumah. Begitu mudah untuk melepas emosi, terlebih setelah ayahnya kembali bekerja di kantor sejak sebulan yang lalu. Tidak ada yang menemani, minimal menyaksikan bersama tingkah manusia-manusia kecil yang belum berakal ini.

Sebagai ibu yang bercita-cita melahirkan anak-anak yang bisa menjadi bagian dari kebangkitan kembali kejayaan islam, yang memiliki adab sebagaimana adab para sahabat Nabi yang statusnya sebagai manusia terbaik telah ditetapkan oleh اللّٰه,  mulia di dunia dan akhirat, serta pencinta ilmu hingga akhir hayat, maka pendidikan anak-anak adalah hal yang utama yang terus menjadi concern saya. Mulai dari pendidikan usia dini, hingga rencana pendidikan lanjutan mereka. Namun keterbatasan ilmu, ruang gerak, terus berjibaku dengan rutinitas domestik, sementara terrrrlalu banyak informasi, sumber-sumber ilmu yang “terlihat perlu” untuk dipelajari.

Disini saya jadi menyadari bahwa kemampuan menilai dan memutuskan prioritas saya juga rendah. Sering saya lebih mementingkan kerapihan dan kebersihan rumah dibandingkan serius menemani anak-anak. Sering saya membiarkan bayi saya menangis begitu saja demi menyelesaikan jemuran pakaian. Sering saya tertidur ketika menidurkan anak-anak, sebelum suami pulang dari bekerja.

Sabar adalah sebuah kebutuhan, sebagaimana hendaknya kita menjadikan shalat sebagai sebuah kebutuhan. Tidak lagi hanya sebuah pilihan, jika kita ingin hidup yang selamat. Sudah sangat jelas dijanjikan oleh اللّٰهُ , sang pemilik, owner dari langit dan bumi dan segala isinya. Bahwa Dia bersama orang-orang yang sabar. Dan sebaliknya, اللّٰهُ tidak akan bersama orang yang tidak sabar. Maka sesungguhnya SABAR ini adalah hal yang tidak boleh lepas dari kita. Tanpa batas, tanpa jeda.

Begitu jelas untaian kata dari Ustadz dalam menyampaikan bagaimana kita mengerti akan nilai kesabaran. Makna dari kesabaran yang bukan sebatas diam. Berjuang, bergerak tanpa lelah adalah bentuk sebuah kesabaran. Sepanjang hari hidup kita adalah memilih untuk sabar atau tidak. Bangun untuk Sholat Subuh, mengalahkan keinginan untuk terus terlelap adalah sebuah kesabaran. Bersiap-siap, lalu menempuh perjalanan panjang menuju kantor atau tempat bekerja demi mencari nafkah, adalah sebuah kesabaran. Tinggal di rumah, mengurus anak-anak dan rumah adalah sebuah kesabaran yang juga mempunyai subtests kesabaran.

اللّٰهُ akan senantiasa menguji kesabaran kita, untuk melihat apakah kita selalu teguh memegangnya. Untuk menilai apakah kita layak untuk selalu diberikan pertolongan. Bersyukur dengan segala yang sudah dimiliki, dianugerahi اللّٰهُ , merasa cukup dengan segala situasi kita saat ini, juga merupakan suatu bentuk kesabaran.

Demikian hendaknya sabar adalah suatu hal yang harus diperjuangkan. اللّٰهُ akan memberi jika kita berusaha. Ilmu adalah salah satu kunci, setelah rahmat dan taufik dari اللّٰهُ untuk kita agar bisa melaksanakannya. Pengetahuan akan segala aspek dari suatu hal, akan merubah cara pandang kita, juga sikap kita. Semoga اللّٰهُ senantiasa memudahkan kita dalam menuntut ilmu yang bermanfaat, dan menghindarkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Thursday, October 3, 2019

Baby Hasan is in the House, Alhamdulillah

Lega akhirnya kemaren sudah ke dokter Ratih untuk pasang IUD. Rasanya sekarang begitu takut hamil lagi. Masih terbayang penderitaan ketika hamil ketiga lalu, periksa ke dokter ini itu, ke rumah sakit ina inu sampai kuota asuransi habis, serta drama pindah RS sak kalian dokternya hanya dalam waktu kurang dari sehari. 

Alhamdulillah semua sudah dilewati dengan baik, atas rahmat dan kasih sayang Allah. Kemaren dokter Ratih sempat bilang IUD hanyalah salah satu cara untuk menunda kehamilan. Namun masalah hamil lagi atau tidaknya tetap Allah yang kuasa menentukan. Beliau yang dr obgyn malah mengalami sendiri. Posisi IUD betul, normal, namun kalau memang Allah menginginkan memberi rezekinya, jadilah hamil juga. 

Baby Hasan sudah 1.5 bulan, alhamdulillah beratnya terus naik. Kemaren pas ditimbang sudah 5.4 kg. Sempat khawatir juga beberapa hari ini kok rasanya ASInya seperti sedikit. Tapi mungkin hanya PD nya yang mulai menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jadi ngga terus-terusan bengkak.

Bagian yang membahagiakan, menghibur adalah melihat kakak-kakaknya yang begitu mengagumi si adek bayi, terutama kakak Nana. Masya Allah, Mungkin dia takjub melihat makhuk kecil yang lucu, bisa menangis, bisa ganti popok, bisa minum susu, dan digendong-gendong. Seperti boneka yang hidup. Kakak Nana setiap hari tidak pernah lupa minta gendong adiknya, dan selalu dengan senang hati jika bunda minta tolong untuk jagain adik sebentar kalau bunda terdesak ke toilet, dan lainnya.

Alhamdulillah ya Allah atas karunia, rezeki, kebahagiaan yang telah engkau anugerahkan untuk kami. Tak akan cukup rasa syukur yang kami panjatkan. Semoga kami senantiasa dapat meningkatkan ketaatan dan amalan sholih kami untukMu. 

Monday, April 8, 2019

Gemari Madya Task 5: Menata Waktu

Kembali lagi dengan task di gemarrapi, kali ini dengan tema menata waktu. Ngomong-ngomong task 4 kok ga ada ya? iya, task 4 kita hanya diminta isi form survey saja, lumayan yaa bisa istirahat mikirin diri.. 🤭

Pada materi ke-5 ini, saya merasa cukup tersadarkan bahwa waktu tak akan kembali. Bahwa di akhirat nantipun waktu adalah salah satu hal yang harus dipertanggungjawabkan pemanfaatannya. Juga masing-masing kita saat ini punya peran yang akan dipertanggungjawabkan pelaksanaannya.
Tiap kita punya prioritas tugas.




I. List Pekerjaan/ Tugas Harian 

Hal pertama yang perlu diingat bahwa peran utama saya saat ini adalah sebagai seorang istri dan ibu dari 2 anak. Selain itu, sebagai seorang muslim, saya juga punya kewajiban sebagai pribadi. Jika dirunut dari sejak bangun pagi, berikut rutinitas harian saya:

1. Ibadah wajib, sunnah, dan kebersihan diri. Ibadah wajib yaitu sholat 5 waktu termasuk waktu berwudhu, dan ibadah sunnah seperti baca Alqur’an dan sholat sunnah. Kebersihan meliputi mandi dan perawatan tubuh. Waktu sekitar 2 jam.

2. Pengembangan diri, didalamnya termasuk membaca buku (baik tema fiqih, parenting), menulis, ke kajian atau belajar di Whatsapp group. Waktu 1-2 jam. Jika ada kajian menjadi 4 jam termasuk dengan persiapan, dan perjalanan pulang pergi. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sekali.

2. Menyiapkan makan seperti memasak nasi, sayur, buah, bekal, minum susu (60 menit) dan menemani atau menyuapi makan anak-anak tiga kali sehari (30 menit per waktu makan, total 90 menit), kadang sambil melihat video edukasi. Waktu 2.5 jam.

3. Bersih-bersih dan berbenah rumah (60 menit total untuk 1-2 kali saja dalam sehari), cuci setrika (delegasikan), urus makan dan kebersihan kucing (20 menit), urus tanaman (20 menit untuk 2x sehari). Waktu 1.5 jam.

4. Persiapan anak sekolah (30 menit), antar (delegasi, dibantu suami), jemput anak pertama sekolah dan persiapannya (60 menit pulang pergi berikut dengan persiapan anak yang kedua ikut). Waktu 1.5 jam.

5. Mengawal aktifitas anak di rumah. Bagian ini adalah waktu khusus untuk stimulasi harian anak berdasarkan kurikulum yang saya ikuti (dari suatu sekolah digabung dengan ide sendiri). Di pagi hari hanya diikuti anak kedua, sementara kakaknya sekolah. Aktifitas lebih banyak diluar seperti bersepeda, trampolin, ayunan, bersih-bersih kebun dan stimulasi motorik kasar lainnya (45 menit). Disini saya bisa sambil mengerjakan perawatan tanaman. Setelah itu dilanjutkan dengan aktifitas indoor berupa sensorik motorik halus atau membacakan buku, dengan tema Quran (30 menit). 
Untuk aktifitas harian anak pertama di rumah, yang rutin saya lakukan ialah mengajar iqro setelah magrib dan menemani anak murojaah surah2 yang telah diajarkan di sekolahnya (30 menit). Untuk stimulasi motorik sensorik belum rutin tergantung waktu yang ada serta mood si kakak. 
Waktu 2 jam.

6. Istirahat siang.
Tidur siang bersama anak 1-2 jam.

Total waktu dari 5 kelompok kegiatan diatas adalah 12.5-13.5 jam. Berdasarkan jumlah waktu bangun dalam sehari 24-8 (1 hari dikurangi waktu tidur ideal), yaitu 16 jam. Seharusnya saya masih punya waktu sisa 2.5-3.5 jam jika tidak ada aktifitas random mendadak yang bagi saya kok ya sering, haha (contoh ke rumah orangtua, ke kajian, anak sakit harus ke RS, perbaikan rumah ini itu, ke rumah teman yang lahiran, dsb).



II. Sinkronisasi Micro habbits dan Challenge dan List Tugas

Micro habbits yang saya canangkan pada task 1 dan 3, adalah sebagai berikut:
1. Bangun paling lambat 15 menit sebelum adzan subuh. Sudah dilakukan.
2. Tidur sebelum jam 9.30 malam, dengan demikian anak-anak harus tidur sebelum pukul 9.00 malam. Sudah dilakukan
3. Tidur siang kurang lebih 1 jam setelah shalat dzuhur bersama anak-anak. Sudah dilakukan.
4. Minum air putih 1 gelas setiap bangun tidur, dilanjutkan beberapa potong buah, lalu memasak nasi dan merebus sayuran untuk sarapan (karena saat ini masih belum bisa mengolah dengan cara lain). Sudah. dilakukan.
5. Berjalan atau natur walk di kebun rumah pada pagi atau sore hari setiap hari bersama anak-anak minimal 15 menit. Belum selalu, terutama bersama anak yang besar.
6. Mengganti penggunaan tissue toilet dengan handuk kecil. Sudah dilakukan.
7. Mengikuti senam atau yoga hamil melalui video (youtube) dua hari sekali selama 30 menit. Belum dilakukan, hanya stretching sekitar 5-10 menit sehari.
8. Jika bepergian, tidak membeli air mineral kemasan dan menggantinya dengan selalu membawa botol yang diisi air dari galon sendiri di rumah. Sudah dilakukan, tapi belum konsisten.
9. Toilet training anak, masih belum terlaksana secara konsisten.
10. Cicil membaca buku2 yang sudah bertumpuk. Sudah terlaksana tapi waktunya belum konsisten.


III. Berdasarkan poin I dan II diatas, maka jadwal harian yang saya rencanakan agar hidup menjadi lebih teratur (versi saya untuk sekarang) adalah sbb:

04.15-06.00 : Mandi, Ibadah subuh, lanjut baca Alqur’an minimal 2 halaman beserta artinya, cicilan hafalan juz 30, tulis jurnal syukur minimal 5 baris, dzikir pagi, stretching/ yoga 

06.00-08.00 : Siapkan sarapan sekeluarga, buah dan susu untuk anak-anak, berbenah dapur, bangunkan anak-anak, morning walk 15 menit, siapkan anak pertama sekolah, start toilet train anak kedua.

08.00-10.00 : Menemani anak aktifitas outdoor  (main sepeda, ayunan, trampolin, sekalian siram bunga dan siangi kebun), memberi makan kucing dan ikan, kasih makan anak kedua, aktifitas/main indoor, Berbenah rumah (15 menit, untuk cuci setrika pakaian delegasi ART)

10.00-11.15 : Latihan sholat anak sekaligus sholat dhuha, murojaah hafalan anak, bacakan buku, siap-siap jemput anak sekolah.

11.15-13.30 : Jemput anak sekolah, makan siang bersama anak-anak, sholat dzuhur, persiapan anak tidur siang dengan membacakan buku.

13.30-14.00 : Jika anak sudah tidur, waktu pengembangan diri (baca buku atau wa group)

14.00-16.00 : Tidur siang 1 jam, sholat Ashar, pengembangan diri (baca buku).

16.00-18.00 : Kawal anak main outdoor (45 menit) main indoor (15 menit), makan malam, persiapan sholat magrib.

18.00-08.30 : Sholat Magrib, Iqro dan murojaah anak sd Sholat Isya, aktifitas bertema qurani (15 menit), ajak anak berbenah mainannya. Persiapan tidur anak.

08.30-10.00 : Pengembangan diri (wa, baca buku), berbenah rumah (20 menit maksimal), persiapan tidur.






Monday, March 25, 2019

Gemari Madya Task 3: Menata Potensi Diri

Task ke-3 diminta untuk mempelajari tentang potensi diri, mengenali potensi diri sendiri, dan bagaimana mengaplikasikannya. Baiklah, seharusnya, sebaiknya saya dulu mengikuti berbagai tes potensi diri ini waktu masih belia ya (SMP, SMA).. Tapi InsyaAllah tidak pernah ada kata terlambat, selama hayat masih di kandung badan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Minimal juga ini sebagai pelajaran untuk mengarahkan anak-anak saya nantinya.

1. Saya menggunakan tools dari www.16personalities.com, dan mendapatkan hasil sebagai berikut:


Disebutkan bahwa protagonis memiliki kepedulian yang asli, yang membuktikan apa yang dikatakan dan melaksanakan apa yang harus dilaksanakan, dan tidak ada yang membuat mereka lebih bahagia daripada memimpin pasukan, menyatukan, dan memotivasi mereka dengan antusiasme yang menular. 

Protagonis pemimpin yang dilahirkan alam, penuh gairah dan karisma. Mencapai sekitar dua persen dari populasi, kepribadian ini seringkali menjadi politisi, pelatih, atau guru kita.

Hasil ini lumayan pas dan menyenangkan. Sebetulnya saya merasa sudah cukup lama menghindari posisi pemimpin dalam kegiatan-kegiatan yang saya ikuti akhir-akhir ini (menghindari tanggung jawab 😅). Apalagi di media online. Kenapa? Karena saya punya prioritas untuk mengutamakan menjalankan peran sebagai istri dan ibu di rumah. 

Dari kecil saya beberapa kali diberikan tugas sebagai pemimpin, seperti jadi ketua kelas dan ketua pramuka puteri ketika SD, jadi ketua ekskul Paskibra waktu SMP, dan perwakilan kelas di SMA. Berlanjut ketika bekerja saya dipercaya untuk menjadi project manager, dan menjalani uji coba untuk menjadi uji coba menjadi team leader tepat sebelum resign karena saya harus menemani suami yang mau melanjutkan studi S2 di luar Indonesia. 


Melankolis Plegmatis
Tools kedua yang saya gunakan adalah 4 kuadran kepribadian, dengan hasil Melankolis Plegmatis. Sifat melankolis mendominasi kehidupan saya. Sifat positif yang kuat saya rasakan adalah analitis dan perfeksionis. Sementara sifat negatif yang sering muncul adalah perasa, berpikir negatif dan teoritis (tapi kurang praktek 🤭).


2. Oleh karena peran yang sedang saya tekuni saat ini adalah menjadi istri sekaligus ibu full time, maka potensi ini akan saya manfaatkan untuk mengoptimalkan peran saya. Untuk pemimpin dalam keluarga tentulah tetap harus dipegang oleh suami. Menjadi guru di rumah yang baik untuk anak-anak, yaitu pengajar dan pendidik segala aspek kehidupan mereka, hingga mereka dewasa nanti. Bukankah memang ini peran seorang wanita sesuai fitrahnya dalam islam?

Untuk itu saya perlu terus meningkatkan kualitas sebagai ibu sekaligus madrasah pertama untuk anak-anak saya. Salah satunya mengikuti kelas offline parenting nabawi untuk pendidikan awal anak-anak selama satu tahun (1x pertemuan dalam 1 bulan). 

Konsep parenting nabawi ternyata sangat lengkap dan bersumber kepada sumber yang jelas dan sudah terbukti yaitu Alqur’an dan hadits (pendidikan di rumah Nabi), Tidak hanya berdasarkan penelitian berupa survey yang banyak diusung parenting dari dunia barat. Jikapun pada akhirnya penelitian tersebut benar, itu akan menjadi penguat saja. Disini juga diajarkan bagaimana hendaknya memiliki kepribadian yang lebih baik, lemah lembut dan menghindari sifat negatif.

Selain kelas parenting Nabawi, saya mengikuti kelas Tahsin. Diharapkan dari sini jadi bisa mengajarkan membaca  Alqur’an yang baik dan benar untuk anak-anak saya. Saya juga ingin suatu hari nanti saya akan mengajar anak-anak dan ibu-ibu di sekitar tempat tinggal saya. Selain sebagai tempat belajar baca Alqur’an, komunitas tersebut juga akan menjadi wadah pemberdayaan potensi anggotanya agar menjadi manfaat bagi keluarga dan masyarakat.


Monday, March 18, 2019

Gemari Madya Task 2: Menata Raga

Lagi-lagi saya mengerjakan task ketika sudah mendekati deadline. Saya mulai merasa perilaku ini seperti sebuah clutter. Tapi terus terang memang task Madya ini tidak sesimple Shokyuu waktu itu. Kita diminta untuk menyelami diri terlebih dahulu, mengenali kekurangan diri, lalu menyusun rencana perbaikan. Mhh, memang menilai yang tampak di mata lebih mudah ya :).

Baiklah, bagaimanapun juga, siap atau tidak siap, harus dikumpulkan (eh..).



Kesehatan diri dan Keluarga

Saat ini, kalau diukur dari berat dan bentuk tubuh, saya tergolong cukup ideal (sebelum hamil 55kg, 163 cm). Biasanya 1-2 bulan setelah hamil juga akan langsung kembali ke keadaan tersebut. Hanya saja bagian perut memang tidak bisa berbohong bahwa saya itu mulai tidak rutin olahraga sejak memiliki anak (6 tahun lalu). 

Saya juga memiliki ibu yang badannya selalu kurus dari muda, jadi mungkin memang saya memiliki gen yang susah gemuk. Hal ini juga yang kadang menjadi pemicu saya untuk tidak takut melahap segala jenis makanan kapan saja saya mau. Padahal, ibu saya sudah terkena penyakit GERD dan saat ini tidak bisa lagi mengkonsumsi makanan secara sembarangan.

Bagaimana dengan suami? Suami saya mengalami kenaikan berat yang cukup pesat dibandingkan sebelum menikah dulu (kurleb 10kg). Padahal beliau juga dulu sebelum punya anak rutin berolah raga (tenis, fitness, atau hiking bersama teman-temannya). Kami berdua dulunya bisa dibilang pecinta olahraga. Apalagi kami berasal dari kantor yang sama, dimana kami sering bertemu di fitness center tersebut. Mhh, jangan-jangan itu hanya alasan untuk bisa bertemu ya. 

Kalau anak-anak, meski mereka jarang melihat ayah bundanya berolahraga, tapi karena mereka saat ini masih balita, jadi mereka masih secara natural mengikuti naluri kanak-kanaknya untuk terus bergerak kesana kemari. Kami memfasilitasi di halaman dengan beberapa mainan outdoor seperti perosotan, ayunan, mainan gelantungan, titian jembatan, sepeda, dsb. Sesekali kami mengajak mereka berjalan keliling komplek dan berenang (1-2 minggu sekali). Namun saya yakin cepat atau lambat, jika mereka tidak melihat contoh kekonsistenan berolahraga dari orangtua, mereka akan terpengaruh oleh gaya hidup kami.

Dari sisi nutrisi, kami juga masih belum konsisten menerapkan pola makan sehat. Apalagi di saat hamil ini saya tidak bisa memasak sama sekali. Anak-anak sering makan makanan cepat saji seperti nugget, sosis, bakso. Kadang dicampur sayur, kadang tidak. Anak saya yang kedua juga kalau makan sayur sangat susah. Saya harus membuat sayur tersebut benar-benar lembut dan tidak terlihat di suapannya, barulah dia mau menelan. Untuk buah-buahan, kami semua makan setiap hari, namun mungkin jumlah dan ragamnya masih belum cukup. Apalagi anak-anak, mereka kadang mau banyak, kadang hanya sepotong.

Baiklah, demi menjaga kesehatan raga saya, keluarga, dan juga menjaga kesustainable-an lingkungan, saya ingin menetapkan rancangan atau target kesehatan diri dan keluarga 5-10 tahun mendatang, sebagai berikut:

1. Kami rutin berolahraga minimal 2x seminggu (olahraga yang terukur seperti lari, berenang)
2. Rutin sarapan buah dan minum air putih dilanjutkan dengan sarapan sehat, makan siang dan malam dengan menu sayuran yang lebih banyak dari karbohidrat sederhana, serta protein. 
3. Memiliki berat tubuh ideal, juga massa otot yang cukup, perut langsing, dan bugar.
4. Rutin bangun sebelum adzan subuh, setelah sholat subuh selalu tilawah Alqur’an. Karena kami percaya Alqur’an juga adalah penyembuh.
5. Natural walk minimal sebulan sekali (bisa ke hutan terdekat saja seperti ragunan, cibubur, dsb).
6. Perjalanan wisata keluar kota minimal 1 tahun sekali (berupa kemping) untuk tadabbur alam dan refreshing.
7. Menuju keluarga minim sampah dengan rutin mengurangi sampah tissue dan plastik, memanfaatkan komposter untuk sampah organik, serta mengajak tetangga sekitar untuk membuat bank sampah.


Rencana dalam 21 hari ke depan (Micro Habbits)
1. Bangun paling lambat 15 menit sebelum adzan subuh.
2. Tidur sebelum jam 9.30 malam, dengan demikian anak-anak harus tidur sebelum pukul 9.00 malam.
3. Tidur siang kurang lebih 1 jam setelah shalat dzuhur bersama anak-anak.
4. Minum air putih 1 gelas setiap bangun tidur, dilanjutkan beberapa potong buah, lalu memasak nasi dan merebus sayuran untuk sarapan (karena saat ini masih belum bisa mengolah dengan cara lain).
5. Berjalan atau natur walk di kebun rumah pada pagi atau sore hari setiap hari bersama anak-anak minimal 15 menit.
6. Mengganti penggunaan tissue toilet dengan handuk kecil
7. Mengikuti senam atau yoga hamil melalui video (youtube) dua hari sekali selama 30 menit.
8. Jika bepergian, tidak membeli air mineral kemasan dan menggantinya dengan selalu membawa botol yang diisi air dari galon sendiri di rumah.


Tuesday, March 12, 2019

Gemari Madya Task 1: Menata Jiwa

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Gemari Madya adalah lanjutan dari kelas Shokyuu yang saya ikuti tahun lalu. Saat ini, komunitas dengan motto “menata diri menata negeri” ini telah berganti nama menjadi Gemarrapi.

sumber: https://www.goalcast.com


Materi di minggu pertama yang kami terima adalah “menata jiwa”. Saya cukup excited dengan materi ini, karena memang situasi saya saat ini bisa dibilang sudah cukup kurang terorganisir (menjurus kacau).. Setelah hampir 3 bulan bedrest, tidak bisa optimal mengurus suami, anak-anak dan rumah, saya malah nyaris terlena dengan ritme bermalas-malasan itu. Mungkin karena masih ada mual yang terasa di kehamilan saya yang ke-3 ini. Tapi seharusnya saya sudah bisa mengatasinya jauh lebih baik saat ini. 

Task pada materi pertama ini sebagai berikut:
1. Identifikasi diri
Saat ini saya masih ingin fokus mengasuh dua anak (5 tahun dan 3 tahun) dan InsyaAllah anak ketiga nanti. Membersamai setiap waktu mereka di rumah secara optimal. 

Mengasuh anak (parenting) membutuhkan ilmu, bahkan menuntut ilmu ini bisa dibilang sepanjang masa. Namun ilmu parenting juga sudah sangat banyak sehingga orangtua saat ini dibanjiri informasi. Bagaimana memilih yang paling tepat? Bagi saya saat ini yang paling tepat adalah yang sesuai dengan ajaran agama saya, islam, menurut Alqur’an dan hadits Nabi. 

Bagi saya, anak adalah investasi akhirat. Anak bisa membawa orangtuanya ke surga bersama-sama (cita2 jangka panjang saya dan suami), atau malah sebaliknya menjerumuskan ke akhirat (Naudzubillah). Saya ingin membekali anak-anak saya dengan pendidikan akidah, akhlak Alqur’an, InsyaAllah, Aamiin Allahumma Aamiin. 

Selain pendidikan anak, saya sebagai pribadi juga harus terus meningkatkan kualitas diri sebagai seorang muslimah. Saya merasa ilmu agama saya masih jauh dari yang seharusnya. Pengetahuan dalam hal keseharian, bermuamalah, apakah sudah sesuai dengan Alqur’an dan hadits, kadang saya masih ragu. Karena hakikat amal dalam islam adalah mengetahui ilmunya terlebih dahulu. Oleh karena itu, saya butuh untuk terus menambah ilmu. 

2. Penyebab Kekacauan Jiwa
Dengan tujuan hidup saya seperti di poin 1, di sela-sela rutinitas harian mengasuh anak, mengurus suami dan rumah, perlu membuat suatu jadwal dan prioritas. Jangan sampai kegiatan yang satu menelantarkan aktifitas lain yang mungkin lebih prioritas. 

Ponsel
Ada suatu hal sangat saya sadari menjadi distraksi dalam keseharian saya mengerjakan aktifitas, yaitu ponsel pintar saya. Lebih detailnya media sosial facebook, instagram dan whatsapp. Ketiga media tersebut sudah melampaui fungsinya yang seharusnya mempermudah hidup saya, bukan memenjarakan saya.

Facebook akhir-akhir ini sungguh berhasil menyita waktu saya karena sibuk mengomentari dan memasang status tentang pilpres. Sementara instagram memberikan pilihan fashion dan gaya hidup tiada batas. Sehingga ketika saya “merasa butuh” sesuatu untuk keluarga, saya tenggelam dalam aktifitas memilih, menyocokkan, membandingkan, dsb. Tidak pernah selesai rasanya. Kadang ketika anak saya mengajak main saya sering bilang “tunggu ya bunda lagi sibuk nyari tas sekolah kakak nih”, atau “kakak, bunda mau beli gamis yang bagus ini atau itu ya?”. Teman-teman yang bahkan setahun sekalipun tidak bertemu dapat membuat kita “mencari-cari” sesuatu, bahkan menguras kantong memenuhi nafsu kita yang ingin memiliki barang yang sama dengan mereka.

Whatsapp group yang banyak dengan update dari para setiap hari, harus pandai-pandai memilah mana yang penting untuk dibaca dan dikomentari. Terkadang ada postingan teman yang memancing, hingga sayapun ikutan berkomen. Tidak jarang komentar yang dilontarkan akan menjadi sebab balas berbalas yang tiba-tiba sudah mengambil waktu bbrp belas menit, 30 menit, atau 1 jam? 😔 

Anak belum toilet training
Gangguan berikutnya adalah bahwa anak saya yang kedua masih harus memakai popok sepanjang hari. Buang air kecil dan besar masih di popok. Hal ini harus segera diatasi. 

Kurikulum Aktifitas anak belum dibuat
Dalam membersamai anak, terutama yang kedua (kakaknya sudah sekolah). Kadang saya bingung membuat kreasi untuk aktifitas stimulasi harian anak. Saya sudah punya target bulanan, tapi untuk implementasi hariannya belum dibuat.

Buku-buku yang belum tuntas dibaca
Saya mudah sekali untuk membeli buku, namun membacanya sering tidak tuntas (buku bertema parenting dan agama). Ketika buku yang satu belum selesai, saya sudah beli buku lagi. Sehingga saya merasa hutang saya untuk membaca buku-buku tersebut makin bertambah dari waktu ke waktu.

3. Dengan demikian, clutter yang perlu saya benahi (buang) adalah:
- penggunaan media sosial yang tidak tepat, melebihi keperluan. Facebook sudah saya tutup (deaktivasi) sementara dan uninstalkarena memang saat ini belum membutuhkan. Saya akan ke spa ibu hamil jika dalam 1 bulan ini berhasil menahan diri untuk tidak lihat update baju keluaran terbaru di akun instagram langganan saya, dan tidak menambah baju baru.
- perlunya membuat jadwal harian aktifitas anak (kurikulum rumah untuk kedua anak, patokan tumbuh kembang usia 3 dan 5, ditempel). 
- segera toilet training anak kedua. Saya akan terbebas dari bau yang memusingkan ketika anak kesana kemari dgn popok penuh BAB, juga lebih hemat pengeluaran popok (reward otomatis)
- tuntaskan membaca, memahami buku-buku yang ada dulu. Hentikan dulu membeli buku baru, hingga menyelesaikan 5 buku dulu (reward).

Akhirnya nge-blog lagi dengan adanya tugas dari mengikuti kelas ini. ☺️

Monday, October 8, 2018

Shokyuu Task 12: Tidying Sentimental Item

Pengalaman joy sensor dari semua kategori, yang paling berkesan adalah kategori clothes. Karena begitu banyak baju, jilbab, dan items yang saya discard, sekitar 12 karung. Dalam seketika saya merasakan ada sebagian beban yang terangkat dari punda. Kategori pemenang kedua adalah komono, dan terakhir adalah toys. Jadi, urutannya cocok yaa dengan urutan dalam metode konmari. Makin lama makin ringan :)

Namun ada satu hal yang saya agak teledor. Ketika joy sensor barang milik saya, dan juga sesekali dipakai suami, saya tidak bertanya dulu pada suami. Apakah barang tersebut masih dipakai atau tidak. Saya sudah terlanjur menyerahkannya ke pemulung. Ternyata belakangan suami saya mencari barang tersebut, dan saya merasa sangat menyesal karenanya. Pelajaran yang sangat mahal harganya (hiks).

Untuk kategori terakhir ini, yaitu sentimental item. Saya kebetulan tidak punya banyak sentimental item. Hanya foto, baik dalam versi digital ataupun cetak, serta sedikit pajangan dari bepergian (sebagian juga sudah entah kemana). Untuk foto bersi cetak saya simpan di album. Hanya foto nikah yang dipajang di kamar, itupun juga tidak dibuat mencolok. Hal ini lebih karena alasan syari.

Berikut foto before hanya untuk rak album:




Anak saya suka sekali melihat-lihat album foto. Nah, saya belum berhasil melatih kekonsistenan anak agar selalu merapikan barang-barang yang sudah dipakai, hehe. Sabar, jangan bosan memberi tahu, selalu beri contoh, dan berdoa. 

Untuk sentimental item berupa pajangan saya lupa mengambil foto beforenya.

Untuk afternya, berikut rak foto:



Berikut adalah salah satu halaman didalam album foto anak saya:
Dan pajangan yang saya susun diatas kulkas di ruang makan yang menjadi satu dengan dapur:



Masya Allah, perasaan haru menyelimuti ketika saya akan submit kategori terakhir ini. Hari-hari saya menjadi lebih ringan dan menyenangkan. Saya sekarang bisa lebih terpikir untuk mengerjakan sesuatu yang lebih besar. Insya Allah. Mohon doanya.

Baarakallah tim gemarrapi Indonesia yang telah membantu saya dan teman-teman lain menata diri, sebagai cikal untuk menata negeri.