Friday, July 3, 2020

Ilmu Sabar

Ista’iinu bissobri waasholaa. Innallaha ma’assobiriin. Mintalah pertolongan kepada اللّٰهُ dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya اللّٰهُ bersama orang-orang yang sabar.

Memasuki episode ke 70-an, serial Riyadush Shalihiin karya Imam An Nawawi yang disampaikan oleh Ustadz Nuzul Dzikri di masa pandemi ini. Semoga اللّٰهُ senantiasa melimpahi rahmat kepada Imam An Nawawi dan keluarganya, Ustadz Nuzul Dzikri dan keluarganya, serta orang-orang shaleh.

Serial Riyadush Shalihin oleh Ustadz Nuzul Dzikri ini ditayangkan secara live setiap awal pagi, setelah Shalat Subuh. Saya sendiri selalu terlewat, namun Alhamdulillah ada rekamannya di youtube. Sungguh sebuah kenikmatan tiada tara bisa mendapatkan ilmu berharga tanpa perlu keluar rumah.

Dalam waktu-waktu ini memang saya sedang mencari solusi untuk terapi kesabaran saya. Sudah hampir empat bulan menikmati waktu bersama tiga orang anak tanpa jeda. Mereka berhenti pergi ke sekolah, saya memberhentikan asisten, pun berhenti total keluar rumah. Begitu mudah untuk melepas emosi, terlebih setelah ayahnya kembali bekerja di kantor sejak sebulan yang lalu. Tidak ada yang menemani, minimal menyaksikan bersama tingkah manusia-manusia kecil yang belum berakal ini.

Sebagai ibu yang bercita-cita melahirkan anak-anak yang bisa menjadi bagian dari kebangkitan kembali kejayaan islam, yang memiliki adab sebagaimana adab para sahabat Nabi yang statusnya sebagai manusia terbaik telah ditetapkan oleh اللّٰه,  mulia di dunia dan akhirat, serta pencinta ilmu hingga akhir hayat, maka pendidikan anak-anak adalah hal yang utama yang terus menjadi concern saya. Mulai dari pendidikan usia dini, hingga rencana pendidikan lanjutan mereka. Namun keterbatasan ilmu, ruang gerak, terus berjibaku dengan rutinitas domestik, sementara terrrrlalu banyak informasi, sumber-sumber ilmu yang “terlihat perlu” untuk dipelajari.

Disini saya jadi menyadari bahwa kemampuan menilai dan memutuskan prioritas saya juga rendah. Sering saya lebih mementingkan kerapihan dan kebersihan rumah dibandingkan serius menemani anak-anak. Sering saya membiarkan bayi saya menangis begitu saja demi menyelesaikan jemuran pakaian. Sering saya tertidur ketika menidurkan anak-anak, sebelum suami pulang dari bekerja.

Sabar adalah sebuah kebutuhan, sebagaimana hendaknya kita menjadikan shalat sebagai sebuah kebutuhan. Tidak lagi hanya sebuah pilihan, jika kita ingin hidup yang selamat. Sudah sangat jelas dijanjikan oleh اللّٰهُ , sang pemilik, owner dari langit dan bumi dan segala isinya. Bahwa Dia bersama orang-orang yang sabar. Dan sebaliknya, اللّٰهُ tidak akan bersama orang yang tidak sabar. Maka sesungguhnya SABAR ini adalah hal yang tidak boleh lepas dari kita. Tanpa batas, tanpa jeda.

Begitu jelas untaian kata dari Ustadz dalam menyampaikan bagaimana kita mengerti akan nilai kesabaran. Makna dari kesabaran yang bukan sebatas diam. Berjuang, bergerak tanpa lelah adalah bentuk sebuah kesabaran. Sepanjang hari hidup kita adalah memilih untuk sabar atau tidak. Bangun untuk Sholat Subuh, mengalahkan keinginan untuk terus terlelap adalah sebuah kesabaran. Bersiap-siap, lalu menempuh perjalanan panjang menuju kantor atau tempat bekerja demi mencari nafkah, adalah sebuah kesabaran. Tinggal di rumah, mengurus anak-anak dan rumah adalah sebuah kesabaran yang juga mempunyai subtests kesabaran.

اللّٰهُ akan senantiasa menguji kesabaran kita, untuk melihat apakah kita selalu teguh memegangnya. Untuk menilai apakah kita layak untuk selalu diberikan pertolongan. Bersyukur dengan segala yang sudah dimiliki, dianugerahi اللّٰهُ , merasa cukup dengan segala situasi kita saat ini, juga merupakan suatu bentuk kesabaran.

Demikian hendaknya sabar adalah suatu hal yang harus diperjuangkan. اللّٰهُ akan memberi jika kita berusaha. Ilmu adalah salah satu kunci, setelah rahmat dan taufik dari اللّٰهُ untuk kita agar bisa melaksanakannya. Pengetahuan akan segala aspek dari suatu hal, akan merubah cara pandang kita, juga sikap kita. Semoga اللّٰهُ senantiasa memudahkan kita dalam menuntut ilmu yang bermanfaat, dan menghindarkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat.