sumber:http://ultimatemuslimwarriors.wordpress.com/islam/ |
Menjadi
istri yang patuh dan taat kepada suami karena Allah memiliki porsi terbesar
dalam peran seorang wanita, yaitu 55%,diikuti 29% sebagai ibu, dan 16% sebagai
pribadi. Hal ini cukup mengejutkan saya yang selama ini sepertinya malah fokus
kepada anak. Persentase ini diambil dari peran wanita yang dicantumkan didalam
Alquran. Sungguh suatu pelajaran yang sangat luar biasa yang Allah ajarkan
melalui Alquran. Anak yang berbakti kepada ibu sekaligus ayahnya dididik oleh
ibu yang berbakti kepada suaminya. Sebagaimana dikisahkan melalui firman Allah,
yaitu ketika Nabi Ibrahim diminta untuk menyembelih anak kesayangannya Ismail,
tanpa ragu sedikitpun Ismail menyerahkan dirinya. Siapakah ibu Nabi Ismail?
Ibunya adalah Siti Hajar, yang dinikahi Nabi Ibrahim, kemudian diminta Allah
untuk meninggalkannya di gurun pasir tandus tak berpenghuni. Ibunda Hajar patuh
dan tidak mempertanyakan kenapa ia diperlakukan demikian, karena Nabi Ibrahim
menyebutkan bahwa hal tersebut perintah Allah.
Kita bandingkan dengan kisah Nabi
Nuh, yang ketika kapalnya sudah siap berlayar, mengajak istri dan anaknya untuk
ikut bersamanya. Namun istrinya tidak mempercayai suaminya, memilih untuk naik
keatas gunung yang tinggi bersama umat lain yang ingkar. Bagaimana dengan
anaknya? Anak dari istrinya yang durhaka tersebut ikut mendurhakai ayahnya, ia
tidak percaya dengan ayahnya, mungkin karena kesehariannya melihat ibunya yang
tidak patuh kepada ayahnya.
Materi
ini mengingatkan saya agar senantiasa berusaha menjadi istri sholihah yang
apabila dilihat menyenangkan, diperintah ia taat, dan diridhoi hingga ia mati.
Oleh karena itu hendaknya seorang istri senantiasa memastikan bahwa suaminya
ridha terhadapnya secara konsisten. Menjadi istri yang cerdas ketika sadar
telah berbuat salah kepada suami langsung meminta maaf. Begitu juga ketika
suami yang berbuat salah, siapa yang harus meminta maaf? Tetap istri yang
hendaknya minta maaf lebih dulu. Ini adalah bukti bahwa istri adalah makhluk
yang lebih cerdas dibandingkan suami. Ustadzah Poppy juga menyampaikan bahwa
perkara seorang mukmin itu hanya 2, yaitu sabar dan syukur. Ketika kita
menghadapi berbagai cobaan dalam rumah tangga, baik dalam menghadapi suami,
anak, atau orang- orang di sekitar kita, ingatlah 2 perkara tersebut. Depresi
bukanlah perkara orang beriman. Sibukkan diri bersama Alqur’an. Hendaknya kita memenuhi
fisik, akal dan ruh kita dengan hal-hal yang bermanfaat, jika tidak, tinggalkan.
Mengingat usia produktif, ilmu, dan harta yang nanti akan kita
pertanggungjawabkan di hari hisab.
Saya menjadi sadar bahwa Alqur'an tidak hanya untuk dibaca,
tapi yang paling penting bagaimana kita bisa mentadabburi isinya. Setiap ayat
yang disampaikan harusnya menjadi tuntunan, nasihat dan hikmah dalam kehidupan.
Betapa ruginya jika selama hidup kita tidak sempat untuk mentadabburi Alqur’an
dengan maksimal. Saya sudah merasa sangat rugi, setelah hidup hampir 36 tahun,
sangat sedikit ajaran Alqur’an yang saya tahu. Semoga berikutnya saya menjadi
lebih rajin mentadabburi Alqur’an, agar menjadi istri, ibu dan pribadi yang
lebih baik dan ikhlas.
No comments:
Post a Comment